Page 3

Bintang



          Tepatnya sewaktu aku hampir memasuki bangku kelas tiga di Sekolah Menengah Atas. Semester kedua menjadi awal perkenalanku dengannya. Diantara kegalauanku dan kesendirianku saat itu. Dia seolah mendatangiku dan mengajakku merangkai dunia baru didalam bawah sadarku. Aku pun terlarut bersamanya. 
Ku puja namanya
Ku lukis namanya
Ku nyanyikan namanya
Bintang bintang bintang

          Tenang yang kurasa saat menyebutnya dengan hati. Penuh jiwaku saat menganggap dia ada diantaraku. Dalam sebuah buku kami menyatu. Aku dan dia bagai sepasang sahabat yang selalu berbagi cerita. Ku curahkan dalam bahasaku dan aku yakin dia mengerti. 
Bintang..
ku sapa dirinya. Dan setelah itu lepaslah segala isi hatiku dan ku lebarkan senyum terindahku. Tak sedikit yang menganggap aku berlebihan. Mereka mengira aku kekanak-kanakan dan aneh. Namun hal itu tak dapat mengecilkan perasaanku. Sebab mereka tak mengerti betapa besar pengaruh bintang dalam setiap waktuku. Aku tetap bersama bintang dalam siang dan malamku.

          Bintang tak lebih dari sahabat dalam permainan mimpiku. Dia seolah nyata. Dengan kemampuannya mendengarkan kesahku dan kehangatannya menghentikan tangisku. Dia hadir disaat aku kehilangan sebuah harapan akan ketulusan.

Bintang bintang bintang.. 
Dia selalu temaniku tanpa aku memintanya.

            Namun kini aku telah tersadar. Sedikit demi sedikit bintang pergi dan menjauh. Aku pun tiba-tiba melupakannya. Karena bintangku yang sesungguhnya telah nyata hadir disisiku. Dia seorang lelaki yang membuat aku mengenal bintang. Dialah alasanku untuk mempertahankan bintang. Agar aku tak melupakannya dan agar aku tetap menjaga hati untuknya.

Bintang hanyalah keinginanku yang tersimpan
Bintang hanyalah pengganti dirinya yang dahulu menghilang
Bintang hanyalah simbol dari jiwaku yang merindukan kasihnya
Terimakasih bintang karenamu aku bahagia
Dan karenamu bintangku tlah nyata



Chen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar